Minggu, 03 Mei 2009

Gerakan Budi Utomo Sebagai Penggerak Lahirnya Kebangkitan Nasional


Budi Utomo lahir dari pertemuan-pertemuan dan diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen oleh beberapa mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.

Para pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa orang-orang lain mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan sendiri dan tidak mau mengajak, bahkan tidak menerima, orang Jawa sesama penduduk Pulau Jawa untuk menjadi anggota perkumpulan yang eksklusif, seperti Tiong Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk orang Indo-Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa diharapkan mau menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi, bahkan sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum pribumi dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan rakyat kecil.

Para pemuda itu akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus mengambil prakarsa menolong rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul gagasan Soetomo untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang akan mempersatukan semua orang Jawa, Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa dan bersedia memikirkan serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini tidak bersifat eksklusif tetapi terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan, kekayaan, atau pendidikannya.

Pada awalnya, para pemuda itu berjuang untuk penduduk yang tinggal di Pulau Jawa dan Madura, yang untuk mudahnya disebut saja suku bangsa Jawa. Mereka mengakui bahwa mereka belum mengetahui nasib, aspirasi, dan keinginan suku-suku bangsa lain di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera, Manado, dan Ambon. Apa yang diketahui adalah bahwa Belanda menguasai suatu wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie), tetapi sejarah penjajahan dan nasib suku-suku bangsa yang ada di wilayah itu bermacam-macam, begitu pula kebudayaannya. Dengan demikian, sekali lagi pada awalnya Budi Utomo memang memusatkan perhatiannya pada penduduk yang mendiami Pulau Jawa dan Madura saja karena, menurut anggapan para pemuda itu, penduduk Pulau Jawa dan Madura terikat oleh kebudayaan yang sama.

Sekalipun para pemuda itu merasa tidak tahu banyak tentang nasib, keadaan, sejarah, dan aspirasi suku-suku bangsa di luar Pulau Jawa dan Madura, mereka tahu bahwa saat itu orang Manado mendapat gaji lebih banyak dan diperlakukan lebih baik daripada orang Jawa. Padahal, dari sisi pendidikan, keduanya berjenjang sama. Itulah sebabnya pemuda Soetomo dan kawan-kawan tidak mengajak pemuda-pemuda di luar Jawa untuk bekerja sama, hanya karena khawatir untuk ditolak.

Sejak kedatangan bangsa – bangsa Eropa ke wilayah nusantara pada abad ke – 16, bangsa Indonesia telah mengadakan perlawanan. Perlawanan ini telah dimulai ketika Portugis baru menduduki Malaya. Keberadaan Portugis di Malaka telah menghancurkan perdagangan yang selama itu berlangsung. Malaka merupakan pintu masuk perdagangan Nusantara di masa itu. Namun dalam perlawanannya dapat digagalkan dari pihak kolonial Belanda, diantara faktor yang menyebabakan kekalahan usaha perlawanan yaitu perlawanan mereka masih kedaerahan, perlawanan mereka tidak dilakukan secara serentak, masih sangat tergantung pimpinan, kalah dalam persenjataan, Belanda memakai politik adu domba (devide et impera).

Berdasarkan pengalaman masa lampau tersebut, para kaum terpelajar ingin berjuang dengan cara – cara yang lebih modern yaitu dengan menggunakan wadah kekuatan organisasi. Yang pada waktu itu dikenal dengan Budi Utomo sebagai organisasi awal pada tahun 1908 yang pada waktu itu juga terjadi Sumpah Pemuda yang juga merupakan bentuk integrasi kedua pada tahun 1945, puncak integrasi nasional ini dengan proklamasi kemerdekaan yang merupakan relisasi dari nasionalisme Indonesia. Sehingga sejarah lahirnya pergerakan nasional merupakan bagian dari sejarah Indonesia yang meliputi periode sekitar empat puluh tahun yang tidak dapat ditolak bahwa sejarah pergerakan nasional merupakan sebuah fenomena historis hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural (budaya), dan agama dan faktor – faktor itu saling terjadi interelasi.

Sehingga untuk memahami perkembangan sejarah pergerakan nasional diperlukan pendekatan historisnya yang melihat secara kronologis lahir dan perkembangan organisasi – organisasi pergerakan nasional. Dengan melihat pergerakan nasional secara prosesual maka kelihatan dinamika pergerakan itu secara progresif. Gejala umum tentang orientasi sejarah pergerakan nasional selalu cenderung ke arah lapangan politik, dan makin jelas bahwa kekutan politikdalah syarat utama untuk menentukan setiap kekuatan di luar politik. Pergerakan nasional menurut aktualitas historis menunujukkan ciri yang prularitas, dengan demikian pendekatan yang multidimensional sangat diperlukan. Sebagai bahan analisa untuk menentukan ciri periodesasi pergeraka nasional.


  1. Latar Belakang Serta Perkembangan Lahirnya Kebangkitan Nasional

Menurut Tirtoprojo istilah Budi Utomo berasal dari kata ” Boedi ” yang berarti perangai atau tabiat dan ” Oetomo ” yang berarti baik atau luhur. Sehingga dengan demikian, Boedi Oetomo yang dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan keluhuran budi, kebaikan perangai, atau tabiat. Nama itu muncul dalam sebuah anekdot dalam pembicaraan antara Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan para pelajar Stovia, termasuk Sutomo. Gerakan ini dilatarbelakangi dengan situasi ekonomi yang memburuk di Pulau Jawa karena eksploitasi kolonial dan westernisasi, seorang priyayi baru.

Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun. Masa ini diawali dengan dua peristiwa penting Bubi Utomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1982) Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Hampir satu abad yang lalu hingga dewasa ini (tepatnya pada bulan Mei) banyak peristiwa penting yang menjadi catatan sejarah. Mulai hari buruh internasional (1 Mei), hari Pendidikan Nasional (2 Mei), hari Lembaga Sosial Desa (5 Mei), hari Palang Merah Internasional (8 Mei), hari POM TNI (11 Mei), disusul dengan tragedi berdarah Trisakti (12 Mei), kemudian hari Buku Nasional (17 Mei), dan yang terakhir adalah hari Kebangkitan Nasional (20 Mei). Namun dari serangkaian rajutan benang sejarah dia atas, hanya beberapa saja yang ajeg dan kontinu diperingati oleh sebagian besar masyarakat, salah satunya adalah momentum Kebangkitan Nasional.

Lahirnya kebangkitan nasional dimulai pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908., Berdirinya Budi Utomo menandai perkembangan baru dalam sejarah bangsa Indonesia, yang pada tanggal berdirinya selalau diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Karena Budi Utomo merupakan pergerakan modern yang pertama, meski pada waktu didirikanya sebenarnya masih bersifat kedaerahan. Hal ini dikarenakan pada saat perkembanganya rasa ”nasional Indonesia” baru mulai muncul bahkan nama Indonesia dalam kancah perjuangan belum dipakai sebelum 1922. Nama yang dipakai pada saat itu adalah India. Namun pada waktu itu Budi Utomo memelopori berdirinya perkumpulan modern yang lain, selaian itu dalam perkembangannya Budi Utomo juga sebagai penggerak gerakan nasioanal. Sehingga dengan itu Budi Utomo dipandang secara simbolis sebagai pergerakan nasional menantang penjajah sejak awal mulanya, dalam kaitanya dengan berdirinya Budi Utomo melambangi sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Budi Utomo sebagai suatu organisasi pergerakan nasional berdiri sebagai atas dasar tuntutan kemajuan modernisasi masyarakat bumi putera. Tuntutan itu merupakan kemajuan yang direfleksikan dalam bentuk suatu organisasi yang pada dasarnya sebagai suatu jawaban terhadap penetrasi Barat dengan Imperialisme dan Kapitalisme. Aspirasi nasional itu tidak hanya timbul sebagai reaksi terhadap isolasi ekonomi dan sosial kultural yang diciptakan oleh politik kolonial Barat, tetapi juga karena dorongan kuat untuk menjunjung tinggi derajat bangsa.

Dalam perkembanganya gerakan ini dianut oleh organisasi – organisasi sosial, ekonomi, dan politik yang lain. Hal ini karena dalam pergerakanya mempinyai ciri – ciri yang berbeda dengan pergerakan dan perlawanan bangsa Indonesia sebelumnya. Diantara ciri – cirinya yaitu sebagai berikut:

· Pergerakan bersifat kebangsaan (nasional)

· Pergerakan menggunakan sistem organisasi yang modern dan demokratis, dan tidak terpusat pada pimpinan

· Pergerakan didirikan oleh kaum terpelajar yang memiliki pandangan luas dan jauh ke depan

· Bentuk perjuangan tidak bersifat fisik melainkan berupa gerak sosial, ekonomi, dan pendidikan

· Hasil perjuangan ini tidak dapat dicapai dengan cepat (seketika) tapi membutuhkan waktu yang cukup lama.

Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Djirojo. Saat itu, Douwes Dekker , seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.

Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum berpengalaman. Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasinoalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah. Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hajar Dewntara) untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesomo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda. Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.

Agak berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa, Makassar maupun Ambon.

Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota.

Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme "Indonesia" ada dan merupakan unsur yang paling penting.

  1. Tokoh pencetus lahirnya kebangkitan nasional

Dimulai dengan lahirnya gerakan nasionalis pertama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, hampir satu abad yang lalu. Pergerakan nasional ini diprakarsai oleh Dokter Soetomo di Jakarta. Soetomo lahir di Nganjuk (1888). Dalam perjalananya merebut kemerdekaan Indonesia peran Budi Utomo sangat besar. Pada tahun 1903 Soetomo masuk STOVIA, pada saat bertugas dibeberapa daerah sebagai mahasiswa kedokteran Soetomo menyaksikan kesengsaraan rakyat akibat pemberlakukan politik terbuka bagi modal asing oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1870. Sehingga dengan itu semua membulatkan tekatnya untuk terjun ke dalam pergerakan nasional. Sehingga pada tahun 1907, ia mendukung gagasan Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk membentuk dana belajar yang berkembang menjadi sebuah organisasi yaitu Budi Utomo. Organisasi inilah yang merupakan organisasi pertama bangsa Indonesia yang disusun secara modern untuk memajukan nusa dan bangsa. Dalam wadah kebangkitan ini, Budi Utomo membentuk sebuah susunan kepengurusan yang diantaranya sebagai berikut:

¨ Ketua : R. Sutomo

¨ Wakil Ketua : M. Sulaiman

¨ Sekretaris I : Suwarno

II : M. Gunawan

¨ Bendahara : R. Angka

¨ Komisaris : M. Suwarno

M. Muhammad Saleh

Dalam perjalananya merebut kemerdekaan Indonesia peran Budi Utomo sangat besar. Organisasi inilah yang merupakan organisasi pertama bangsa Indonesia yang disusun secara modern untuk memajukan nusa dan bangsa. Salah seorang motor Budi Utomo adalah Soetomo, laki – laki kelahiran Nganjuk 1888 dengan nama asli Soebroto.

Budi Utomo merupakan organisasi yang merintis bangkitnya kesadaran bangsa Indonesia untuk berjuang secara nasional. Sehingga dalam waktu yang singkat gerakan Budi Utomo ini maju dan berkembang dengan pesat. Dari penjelasan struktur diatas, mereka merupakan pelajar – pelajar Stovia (School Tot Opleiding van Indische Arsten) atau Sekolah Dokter Jawa, selain itu mereka merupakan dari golongan priyayi yang berasal dari luar kota Jakarta. Dimana – mana didirikan cabang Budi Utomo seperti di Yogyakarta, Surabaya, Magelang, Probolinggo, Bandung, dan Bogor.

Budi Utomo merupakan sebuah organisasi modern pertama di Indonesia dan merupakan sebuah organisasi yang terpanjang usianya sampai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia (1945), yang bertujuan:

§ Meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia dengan jalan memajukan pendidikan dan pengajaran

§ Meningkatkan ekonomi rakyat dan mempererat kehidupan sosial

§ Memajukan teknik dan industri

§ Menghidupakan kembali kebudayaan

Pada tahun 1930, Soetomo melanjutkan mendirikan Partai Bangsa Indonesia (PBI) dan dengan demikian mengawali peran politiknya pada tahun 1935 ia berhasil menggabungkan partai itu dengan Budi Utomo dan membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra). Namun karena sakit yang dideritanya, Soetomo meninggal dunia pada 30 Mei 1938. Jenazahnya dikebumikan di belakang Gedung Nasional di Bubutan Surabaya, karena jasa – jasanya itu Soetomo pemerintah mengangkatnya sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional pada 1961.

  1. Wadah Pendidikan Dalam Kancah Kebangkitan Nasional

Kebangkitan nasional memang tidak dapat dilepaskan dari aspek pendidikan. Pendidikan merupakan tonggak perjuangan bangsa menuju kemajuan peradaban. Tanpa pendidikan yang baik, tata aturan dan etika kehidupan akan kacau, krisis moral akan merebak, hingga menimbulkan gangguan sistem ekonomi yang mengarah pada kelumpuhan stabilitas negara. Indonesia, sebagai negara berkembang sangatlah urgen untuk memberi perhatian lebih pada bidang pendidikan yang sekarang jauh tertinggal dari negara-negara lain. Dengan meningkatkan bidang pendidikanlah, perkembangan pada bidang kehidupan yang lainnya akan tecapai hingga akselerasi kebangkitan nasional berjalan lebih cepat. Oleh karena itu bersama momen Kebangkitan Nasional ini marilah kita bersama-sama menjadi salah satu bagian dari orang-orang yang memiliki kesadaran ruang, posisi, dan moral yang tinggi sehingga Indonesia benar-benar bangkit menjadi bangsa yang bersahaja, sentosa, adil dan makmur.

Dalam pergerakan Budi Utomo ini anggaran dasarnya lebih ditonjolkan masalah pendidikan, hal ini didasari pendapat bahwa segala kesengsaraan dan kemelaratan bangsanya disebabakan karena kebodohan. Itulah sebabnya Budi Utomo lebih menitik beratkan pendidikan serta kebudayaan. Sehingga pada gerakan ini banyak sekolah didirikan dan banyak menarik kaum intelektual untuk memperhatikan kemajuan kebudayaan sendiri, oleh karena itu dalam masa pertama aktivitasnya Budi Utomo dapat dipandang sebagai gerakan nasionalisme kultural.

Dalam hal ini Budi Utomo dibantu oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, tentang bagaimana cara pelaksanaan pendidikan yang tanpa adanya campur tangan dari pemerintah kolonial. Sehingga pada waktu itu Dr. Wahidin Sudirohusodo beserta Soetomo membentuk dana pelajar, gagasan ini didukung oleh para bupati daerah. Pada tanggal 5 Oktober 1908, di Yogyakarta diadakan konggres Budi Utomo yang pertama. Dalam konggres tersebut dihasilkan keputusan sebagai berikut:

Ø Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik

Ø Kegiatan diutamakan pada bidang pendidikan dan budaya

Ø Kedudukan pusat pergerakan Budi Utomo di Yogyakarta

Ø Wilayah gerakannya untuk sementara dipusatkan di Jawa

Ø Memutuskan R. T. Tirtokusumo sebagai ketua Budi Utomo

Rujukan

Moedjianto. 1993. Indonesia Abad Ke – 20. Yogyakarta: Kanisius

Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Supriatna, Nana. 2002. Sejarah Nasional Dan Umum untuk SMU Kelas II. Bandung: Grafindo Media Pratama

Suwanto, dkk. 1997. Sejarah Nasional Dan Umum untuk SMP Kelas II. Jakarta: CV. Aneka Ilmu

Wahyuni, Sri. 2004. Pengetahuan Sosial Terpadu. Bandung: Erlangga

http://www.eramuslim.com/berita/tha/7519100602-20-mei-bukan-hari-kebangkitan-nasional-bag.1.htm

http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/19/22033743/perintis.kebangkitan.nasional.bukan.boedi.oetomo.

http://epsdin.wordpress.com/2007/05/20/pendidikan-dan-kebangkitan-nasional/

http://indonesiakemarin.blogspot.com/2007/05/kebangkitan-nasional-20-mei-1908.html

Tidak ada komentar: